HalamanUnduh untuk Doc) Analisis Puisi "Membaca Tanda-Tanda" Taufiq Ismail | Fakhrunnisa Majied - Academia.edu, klik untuk mengunduh koleksi gambar-gambar lain yang terdapat di kibrispdr.org Puisi Doa Karya Taufik Ismail Apakah kamu sedang mencari puisi karya Taufik Ismail yang berjudul Doa? Kebetulan sekali, karena kali ini kami pun akan menyajikan puisi karya Taufik Ismail tersebut dengan judul “Doa” bagi kamu yang sedang mencarinya. Tapi sebelum ke Puisi Karya Taufik Ismail yang judulnya adalah Doa, alangkah baiknya apabila kita terlebih dahulu sedikit mengulas siapa sih Taufik Ismail tersebut? Taufik Ismail merupakan seorang penyair dan juga sastrawan asal Indonesia yang terkenal. Beliau lahir pada tanggal 25 Juni 1935, di Fort de Kock, Sumatera Barat sekarang kota Bukit tinggi. Taufik Ismail mendapat gelar Datuk Panji Alam Khalifatullah. Taufik Ismail pun dikenal sebagai salah satu tokoh sastrawan Indonesia dengan banyak penghargaan dan karyanya juga seringkali dijadikan sebagai bahan rujuan. Salah satu karya Taufik Ismail adalah Puisi yang berjudul Doa. Adapun Puisi Taufik Ismail yang berjudul Doa adalah sebagai berikut. - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Puisi Doa Karya Taufik Ismail Tuhan kami Telah nista kami dalam dosa bersama Bertahun membangun kultus ini Dalam pikiran yang ganda Dan menutupi hati nurani Ampunilah kami Ampunilah Amin Tuhan kami Telah terlalu mudah kami Menggunakan asmaMu Bertahun di negeri ini Semoga Kau rela menerima kembali Kami dalam barisanMu Ampunilah kami Ampunilah Amin. 1966 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Demikian yang bisa kami sajikan berkaitan dengan Puisi Karya Taufik Ismail – Doa. Semoga bermanfaat!!! Salam, Beliaulahir pada tanggal 25 Juni 1935, di Fort de Kock, Sumatera Barat (sekarang kota Bukit tinggi). Taufik Ismail mendapat gelar Datuk Panji Alam Khalifatullah. Taufik Ismail pun dikenal sebagai salah satu tokoh sastrawan Indonesia dengan banyak penghargaan dan karyanya juga seringkali dijadikan sebagai bahan rujuan. - Berikut kumpulan puisi bertema tentang Ibu, karya dari para penyair terkenal Indonesia. Ragam puisi ini cocok untuk dibacakan pada momentum Hari Ibu yang diperingati setiap 22 Desember. Selain memberikan kado atau hadiah spesial untuk ibu, Kamu juga bisa membacakan puisi di hadapan Ibu. Berikut ragam puisi bertemakan Ibu 1. Tujuan Kita Satu Ibu - Wiji Thukul Kutundukkan kepalaku,Bersama rakyatmu yang berkabungBagimu yang bertahan di hutanDan terbunuh di gunungDi timur sanaDi hati rakyatmu,Tersebut namamu selaluDi hatikuAku penyair mendirikan tuguMeneruskan pekik salammu"a luta continua." Kutundukkan kepalakuKepadamu kawan yang dijebloskanKe penjara negaraHormatku untuk kalianSangat dalamKarena kalian lolos dan lulus ujianUjian pertama yang mengguncangkan Kutundukkan kepalakuKepadamu ibu-buHukum yang bisuTelah merampas hak anakmu Tapi bukan hanya anakmu ibuYang diburu dianiaya difitnahDan diadili di pengadilan yang tidak adil iniKarena itu aku pun anakmuKarena aku ditindasSama seperti anakmu Kita tidak sendirianKita satu jalanTujuan kita satu ibu pembebasan! Kutundukkan kepalakuKepada semua kalian para korbanSebab hanya kepadamu kepalaku tunduk Kepada penindasTak pernah aku membungkukAku selalu tegak. Baca juga Ucapan Selamat Hari Ibu 22 Desember dan Doa di Hari Ibu 22 Desember 2. Ibu - Kahlil Gibran Ibu adalah segalanya, dialah penghibur di dalam harapan di dalam penderitaan, dan pemberi kekuatan di dalam kelemahan. KitaAdalah Pemilik Sah Republik Ini Puisi Karya Taufik Ismail; Karangan Bunga Puisi Karya Taufik Ismail; Gugur Dalam Pencegatan Tahun Empat Puluh Delapan Puisi Taufik Ismail; Doa Puisi Karya Taufik Ismail; Kembalikan Indonesia Padaku Puisi Karya Taufik Ismail; Kerendahan Hati Puisi Karya Taufik Ismail; Nah, itu tadi kumpulan terlengkap puisi

Tim indoSastra Pencari Karya Sastra yang Berjiwa Revolusi Sastra angkatan 1966, bentuk puisi Karya Taufiq Ismail Ini adalah salah satu puisi perjuangan demi cinta tanah air dan bangsa Dari buku Tirani dan Benteng Waktu penulisan tahun 1966 — “Ibu telah merelakan kalian Untuk berangkat demonstrasi Karena kalian pergi menyempurnakan Kemerdekaan negeri ini Ya, ibu tahu, mereka tidak menggunakan gada Atau gas airmata Tapi langsung peluru tajam Tapi itulah yang dihadapi Ayah kalian almarhum Delapan belas tahun yang lalu Pergilah pergi, setiap pagi Setelah dahi dan pipi kalian Ibu ciumi Mungkin ini pelukan penghabisan Ibu itu menyeka sudut matanya Tapi ingatlah, sekali lagi Jika logam itu memang memuat nama kalian Ibu itu tersedu sesaat Ibu relakan Tapi jangan di saat terakhir Kauteriakkan kebencian Atau dendam kesumat Pada seseorang Walaupun betapa zalimnya Orang itu Niatkanlah menegakkan kalimah Allah Di atas bumi kita ini Sebelum kalian melangkah setiap pagi Sunyi dari dendam dan kebencian Kemudian lafazkan kesaksian pada Tuhan Serta Rasul kita yang tercinta Pergilah pergi Iwan, Ida dan Hadi Pergilah pergi Pagi ini. Mereka telah berpamitan dengan ibu dicinta Beberapa saat tangannya meraba rambut mereka Dan berangkatlah mereka bertiga Tanpa menoleh lagi, tanpa kata-kata Originally posted 2012-11-21 074609. Republished by Blog Post Promoter

Rakyatyang resah dan menanti. Mereka telah menanti lama sekali. Menderita dalam nyeri. Mereka sedang berdoa malam ini. Dengar. Dengarlah hati-hati. Demikianlah puisi malam Sabtu karya Taufik Ismail, puisi dari penyaior senior Indonesia atau sastrwan senior yang ada di indonesia. semoga puisi tentang malam sabtu diatas dapat menghibur dan

Puisi 0630 Karya Taufik Ismail Apakah kamu sedang mencari puisi karya Taufik Ismail yang berjudul 0630? Kebetulan sekali, karena kali ini kami pun akan menyajikan puisi karya Taufik Ismail tersebut dengan judul “0630” bagi kamu yang sedang mencarinya. Tapi sebelum ke Puisi Karya Taufik Ismail yang judulnya adalah 0630, alangkah baiknya apabila kita terlebih dahulu sedikit mengulas siapa sih Taufik Ismail tersebut? Taufik Ismail merupakan seorang penyair dan juga sastrawan asal Indonesia yang terkenal. Beliau lahir pada tanggal 25 Juni 1935, di Fort de Kock, Sumatera Barat sekarang kota Bukit tinggi. Taufik Ismail mendapat gelar Datuk Panji Alam Khalifatullah. Taufik Ismail pun dikenal sebagai salah satu tokoh sastrawan Indonesia dengan banyak penghargaan dan karyanya juga seringkali dijadikan sebagai bahan rujuan. Salah satu karya Taufik Ismail adalah Puisi yang berjudul 0630. Adapun Puisi Taufik Ismail yang berjudul 0630 adalah sebagai berikut. - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 0630 Karya Taufik Ismail - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Demikian yang bisa kami sajikan berkaitan dengan Puisi Karya Taufik Ismail – 0630. Semoga bermanfaat!!! Salam,

MaksudPuisi Yang Berjudul Dengan Puisi Aku Karya Taufiq Ismail Yaitu - Brainly.co.id. Pilih server untuk download Gambar. Dimensi Gambar. 1024 x 600. Besaran Gambar. 216.57 KiB. Server 1 (211 Unduhan): Wanita; Prewedding; Hantu; Cute; Foto Lainnya. Gambar Gratis: 21.334.001. Telah Diunduh:
Taufik Ismail merupakan salah satu penyair yang telah menghasilkan banyak puisi-puisi legendaris dan populer. Puisi karya Taufik Ismail sering mengangkat tema nasionalisme dan religiusitas. Selain itu, ia juga telah menerima banyak penghargaan atas karya-karyanya. Nah, artikel ini akan memaparkan berbagai puisi-puisi karya Taufik Ismail yang paling populer dan melegenda, lengkap beserta arti serta penjelasannya. Daftar ISIBiodata Singkat Taufik IsmailKumpulan Puisi Karya Taufik Ismail1. Puisi Karya Taufik Ismail Malu Aku Jadi Orang Indonesia 2. Bagaimana Kalau3. Puisi Karya Taufik Ismail Kembalikan Indonesia Padaku 4. Sajadah Panjang5. Puisi Karya Taufik Ismail Dengan Puisi, Aku… 6. Kita adalah Pemilik Sah Republik Ini7. Puisi Karya Taufik Ismail Doa8. Dari Catatan Seorang Demonstran 1993Sudah Temukan Puisi Karya Taufik Ismail yang Paling Disukai? Biodata Singkat Taufik Ismail Indonesia memiliki banyak sastrawan dan penyair terkenal yang legendaris, diantaranya yaitu Taufik Ismail. Ia adalah penyair terkemuka yang lahir pada tanggal 25 Juni 1935 di Bukittinggi, Sumatera Barat. Selain menulis puisi, Taufik Ismail juga aktif berorganisasi. Pada tahun 1966, ia mendirikan majalah sastra Horison. Sementara itu, pada tahun 1968, ia mendirikan Dewan Kesenian. Taufik Ismail sudah banyak menulis buku kumpulan puisi, diantaranya yaitu Manifestasi 1963 Benteng 1966 Tirani 1966 Puisi-puisi Sepi 1971 Kota, Pelabuhan, Ladang, Angin, dan Langit 1971 Buku Tamu Museum Perjuangan 1972 Sajak Ladang Jagung 1973 Puisi-puisi Langit 1990; Tirani dan Benteng 1993 Malu Aku Jadi Orang Indonesia 1999 Selain itu, Taufik Ismail juga pernah mendapat penghargaan karena karya-karyanya dan kontribusinya terhadap dunia sastra Indonesia. Adapun penghargaan yang pernah diperoleh oleh Taufik Ismail, yaitu Anugerah Seni dari Pemerintah 1970 Cultural Visit Award dari Pemerintah Australia 1977 Mendapat penghargaan dari Kerajaan Thailand pada tahun 1994, yaitu South East Asia Write Award Penulisan Karya Sastra dari Pusat Bahasa 1994 Pernah menjadi penyair tamu di Amerika Serikat, tepatnya di Universitas Iowa, yaitu pada tahun 1971-1972 serta tahun 1991-1992 Menjadi pengarang tamu di Dewan Bahasa dan Pustaka Kuala Lumpur Malaysia pada tahun 1993 Taufik Ismail terus aktif menulis puisi. Beberapa puisinya menjadi sangat populer dan melegenda. Sehingga, banyak orang yang mengenal dan membaca karya puisinya tersebut. Dalam menulis puisi, Taufik sering menggunakan diksi sederhana yang mudah dipahami oleh pembaca. Meski begitu, puisi-puisinya sarat makna dan mampu menyampaikan pesan dengan tepat. Berikut ini 8 puisi karya Taufik Ismail yang paling populer dan melegenda dengan arti serta penjelasannya, yaitu 1. Puisi Karya Taufik Ismail Malu Aku Jadi Orang Indonesia Pertama Ketika di Pekalongan, SMA kelas tiga Ke Wisconsin aku dapat beasiswa Sembilan belas lima enam, itulah tahunnya Aku gembira jadi anak revolusi Indonesia Negeriku baru enam tahun terhormat diakui dunia Terasa hebat merebut merdeka dari Belanda Sahabatku sekelas, Thomas Stone namanya, Whitefish Bay kampung asalnya Kagum dia pada revolusi Indonesia Dia mengarang tentang pertempuran Surabaya Jelas Bung Tomo sebagai tokoh utama Dan kecil-kecilan aku nara-sumbernya Dadaku busung jadi anak Indonesia Tom Stone akhirnya masuk West Point Academy Dan mendapat dari Rice University Dia sudah pensiun perwira tinggi dari Army Dulu dadaku tegap bila aku berdiri Mengapa sering benar aku merunduk kini Kedua Langit-langit akhlak rubuh, di atas negeriku berserak-serak Hukum tak tegak, doyong berderak-derak Berjalan aku di Roxas Boulevard, Geylang Road, Lebuh Tun Razak, Berjalan aku di Sixth Avenue, Maydan Tahrir dan Ginza Berjalan aku di Dam, Champs Elysees dan Mesopotamia Di sela khalayak aku berlindung di belakang hitam kacamata Dan kubenamkan topi baret di kepala Malu aku jadi orang Indonesia. Ketiga Di negeriku, Selingkuh birokrasi peringkatnya di dunia nomor satu Di negeriku, Sekongkol bisnis dan birokrasi berterang-terang curang Susah dicari tandingan Di negeriku, Anak lelaki anak perempuan, kemenakan, sepupu dan cucu Dimanja kuasa ayah, paman dan kakek secara hancur-hancuran Seujung kuku tak perlu malu Di negeriku, Komisi pembelian alat-alat besar, alat-alat ringan, senjata, Pesawat tempur, kapal selam, kedele, terigu dan peuyeum Dipotong birokrasi lebih separuh masuk kantung jas safari Di kedutaan besar, Anak presiden, anak menteri, Anak jenderal, anak sekjen dan anak dirjen Dilayani seperti presiden, menteri, jenderal, Sekjen dan dirjen sejati, Agar orangtua mereka bersenang hati Di negeriku, Penghitungan suara pemilihan umum Sangat-sangat-sangat-sangat-sangat jelas penipuan Besar-besaran tanpa seujung rambut pun bersalah perasaan Di negeriku, Khotbah, surat kabar, majalah, buku dan sandiwara Yang opininya bersilang tak habis dan tak putus dilarang-larang Di negeriku, dibakar pasar pedagang jelata Supaya berdiri pusat belanja modal raksasa Di negeriku, Udin dan Marsinah jadi syahid dan syahidah, Ciumlah harum aroma mereka punya jenazah, Sekarang saja sementara mereka kalah, Kelak perencana dan pembunuh itu di dasar neraka Oleh satpam akhirat akan diinjak dan dilunyah lumat-lumat Di negeriku, Keputusan pengadilan Secara agak rahasia dan tidak rahasia Dapat ditawar dalam bentuk jual-beli, Kabarnya dengan sepotong SK Suatu hari akan masuk Bursa Efek Jakarta secara resmi, Di negeriku, rasa aman tak ada, Karena dua puluh pungutan, Lima belas ini-itu tekanan dan sepuluh macam ancaman, Di negeriku, telepon banyak disadap, mata-mata kelebihan kerja, Fotokopi gosip dan fitnah bertebar disebar-sebar, Di negeriku, sepakbola sudah naik tingkat jadi pertunjukan teror Penonton antarkota cuma karena sebagian sangat kecil Bangsa kita tak pernah bersedia menerima skor Pertandingan yang disetujui bersama Di negeriku, Rupanya sudah diputuskan kita tak terlibat Piala Dunia Demi keamanan antarbangsa Lagi pula, Piala Dunia itu cuma urusan negara-negara kecil Karena Cina, India, Rusia dan kita tak turut serta, Sehingga cukuplah Indonesia jadi penonton lewat satelit saja Di negeriku, ada pembunuhan, penculikan Dan penyiksaan rakyat terang-terangan Di Aceh, Tanjung Priuk, Lampung, Haur Koneng, Nipah, Santa Cruz, Irian dan Banyuwangi, Ada pula pembantahan terang-terangan Yang merupakan dusta terang-terangan Di bawah cahaya surya terang-terangan, Dan matahari tidak pernah dipanggil ke pengadilan Sebagai saksi terang-terangan Di negeriku, budi pekerti mulia di dalam kitab masih ada, Tapi dalam kehidupan sehari-hari bagai jarum hilang menyelam Di tumpukan jerami selepas menuai padi. Keempat Langit akhlak rubuh, di atas negeriku berserak-serak Hukum tak tegak, doyong berderak-derak Berjalan aku di Roxas Boulevard, Geylang Road, Lebuh Tun Razak, Berjalan aku di Sixth Avenue, Maydan Tahrir dan Ginza Berjalan aku di Dam, Champs Elysees dan Mesopotamia Di sela khalayak aku berlindung di belakang hitam kacamata Dan kubenamkan topi baret di kepala Malu aku jadi orang Indonesia. 1998 Penjelasan Puisi karya Taufik Ismail Malu Aku Jadi Orang Indonesia memiliki tema kedaulatan rakyat yang menekankan pada kritik terhadap penyelewengan kekuasaan. Sementara itu, amanat yang bisa diambil adalah berani membuat perubahan yang lebih baik. Dengan demikian, tidak ada lagi orang lemah yang tertindas dan terasingkan. Di samping itu, tidak ditemukan lagi ketidakadilan dalam kehidupan masyarakat yang dilakukan oleh pemegang kekuasaaan. 2. Bagaimana Kalau Bagaimana kalau dulu bukan khuldi yang dimakan Adam, Tapi buah alpukat, Bagaimana kalau bumi bukan bulat tapi segi empat, Bagaimana kalau lagu Indonesia Raya kita rubah, Dan kepada Koes Plus kita beri mandat, Bagaimana kalau ibukota Amerika Hanoi, Dan ibukota Indonesia Monaco, Bagaimana kalau malam nanti jam sebelas, Salju turun di Gunung Sahari, Bagaimana kalau bisa dibuktikan Bahwa Ali Murtopo, Ali Sadikin dan Ali Wardhana Ternyata pengarang-pengarang lagu pop, Bagaimana kalau hutang-hutang Indonesia Dibayar dengan pementasan Rendra, Bagaimana kalau segala yang kita angankan terjadi, Dan segala yang terjadi pernah kita rancangkan, Bagaimana kalau akustik dunia jadi sedemikian sempurnanya Sehingga di kamar tidur kau dengar deru bom Vietnam, Gemersik sejuta kaki pengungsi, Gemuruh banjir dan gempa bumi Serta suara-suara percintaan anak muda, Juga bunyi industri presisi dan margasatwa Afrika, Bagaimana kalau pemerintah diizinkan protes Dan rakyat kecil mempertimbangkan protes itu, Bagaimana kalau kesenian dihentikan saja sampai di sini Dan kita pelihara ternak sebagai pengganti Bagaimana kalau sampai waktunya Kita tidak perlu bertanya bagaimana lagi. 1966 Penjelasan Puisi karya Taufik Ismail Bagaimana Kalau, ditulis pada tahun 1966. Pada tahun tersebut, pemerintahan orde baru dipimpin oleh Presiden Soeharto. Nah, pada zaman orde baru, rakyat dibatasi, bahkan tidak diizinkan untuk protes kepada pemerintahan. Jika diperhatikan, puisi ini menyindir pemerintah pada saat itu. Secara garis besar, poin penting dalam puisi tersebut adalah bahwa bagaimana kalau keadaannya dibalik, dimana rakyat yang memiliki kekuasaan. Hal ini dapat terlihat dalam kutipan, “Bagaimana kalau pemerintah diizinkan protes dan rakyat kecil mempertimbangkan protes itu”. Dari penjelasan singkat tersebut, maka bisa diketahui, tema puisi yang berjudul Bagaimana Kalau, yaitu rakyat yang tertindas dan dibatasi ruang geraknya oleh kekuasaan. Dalam hal ini, kekuasaaan yang dimaksud adalah pemerintah itu sendiri. 3. Puisi Karya Taufik Ismail Kembalikan Indonesia Padaku Hari depan Indonesia adalah dua ratus juta mulut yang menganga, Hari depan Indonesia adalah bola-bola lampu 15 watt, Sebagian berwarna putih dan sebagian hitam, Yang menyala bergantian, Hari depan Indonesia adalah pertandingan pingpong siang malam Dengan bola yang bentuknya seperti telur angsa, Hari depan Indonesia adalah pulau Jawa yang tenggelam Karena seratus juta penduduknya, Kembalikan Indonesia padaku Hari depan Indonesia adalah satu juta orang main pingpong siang malam Dengan bola telur angsa di bawah sinar lampu 15 watt, Hari depan Indonesia adalah pulau Jawa yang pelan-pelan tenggelam Lantaran berat bebannya kemudian angsa-angsa berenang-renang di atasnya, Hari depan Indonesia adalah dua ratus juta mulut yang menganga, Dan di dalam mulut itu ada bola-bola lampu 15 watt, Sebagian putih dan sebagian hitam, yang menyala bergantian, Hari depan Indonesia adalah angsa-angsa putih yang berenang-renang Sambil main pingpong di atas pulau Jawa yang tenggelam Dan membawa seratus juta bola lampu 15 watt ke dasar lautan, Kembalikan Indonesia padaku Hari depan Indonesia adalah pertandingan pingpong siang malam Dengan bola yang bentuknya seperti telur angsa, Hari depan Indonesia adalah pulau Jawa yang tenggelam Karena seratus juta penduduknya, Hari depan Indonesia adalah bola-bola lampu 15 watt, Sebagian berwarna putih dan sebagian hitam, yang menyala bergantian, Kembalikan Indonesia padaku 1971 Penjelasan Puisi karya Taufik Ismail yang berjudul Kembalikan Indonesia Padaku menceritakan bahwa Indonesia sedang dikuasai oleh pihak-pihak asing. Puisi tersebut ditulis pada tahun 1971. Pada tahun 1971, keadaan Indonesia sedang tidak jelas dan berantakan, serta diombang-ambing oleh orang atau pihak asing. Selain itu, ketahanan pangan Indonesia sangat lemah, bahkan kekurangan. Sehingga, saat itu Indonesia memang sedang dalam masa genting yang memprihatinkan. Dalam puisi tersebut juga, disebutkan bahwa Pulau Jawa akan segera tenggelam. Pada dasarnya, Pulau Jawa adalah pusat pemerintahan sekaligus pusat ekonomi Indonesia. Sehingga, representasi dari Pulau Jawa tenggelam adalah seluruh Indonesia hancur. 4. Sajadah Panjang Ada sajadah panjang terbentang Dari kaki buaian Sampai ke tepi kuburan hamba Kuburan hamba bila mati Ada sajadah panjang terbentang Hamba tunduk dan sujud Di atas sajadah yang panjang ini Diselingi sekedar interupsi Mencari rezeki, mencari ilmu Mengukur jalanan seharian Begitu terdengar suara azan Kembali tersungkur hamba Ada sajadah panjang terbentang Hamba tunduk dan rukuk Hamba sujud dan tak lepas kening hamba Mengingat Dikau Sepenuhnya. 1984 Penjelasan Puisi karya Taufik Ismail yang berjudul “Sajadah Panjang” mengangkat tema religiusitas, lebih tepatnya antara hamba dan Tuhannya. Secara garis besar, puisi tersebut menceritakan kerinduan seorang hamba kepada Sang Pencipta. Sementara itu, puisi Sajadah Panjang menggunakan citraan indah serta pemilihan diksi tepat, untuk mengekspresikan apa yang ingin disampaikan oleh pengarang. Meski tidak disebutkan secara langsung, kata “sajadah panjang” merepresentasikan simbol Islam. Namun, poin penting yang menarik adalah bahwa sajadah panjang memberikan makna pengabdian total. Taufik ingin menunjukkan, seorang hamba harus “tunduk dan sujud” di hadapan Tuhan. Selain itu, puisi tersebut juga menyampaikan bahwa urusan duniawi hanya sementara saja. Sedangkan, agama tidak boleh digantikan oleh perkara dunia. Hal yang terpenting, yaitu mewujudkan nilai-nilai agama itu sendiri dalam kehidupan bermasyarakat. Sehingga, dapat tercipta kehidupan yang aman dan tentram. Fakta menariknya, puisi ini juga menjadi lirik lagu dengan judul yang sama. Sehingga, sering menjadi lagu soundtrack untuk film, sinetron, dan series bergenre religius. Bahkan, lagu ini akan sering kamu dengar ketika memasuki bulan Ramadhan. 5. Puisi Karya Taufik Ismail Dengan Puisi, Aku… Dengan puisi aku bernyanyi, Sampai senja umurku nanti, Dengan puisi aku bercinta, Berbatas cakrawala… Dengan puisi aku mengenang, Keabadian Yang Akan Datang, Dengan puisi aku menangis, Jarum waktu bila kejam mengiris… Dengan puisi aku mengutuk, Nafas zaman yang busuk, Dengan puisi aku berdoa, Perkenankanlah kiranya… 1996 Penjelasan Puisi karya Taufik Ismail “Dengan Puisi, Aku” menggambarkan tentang seseorang yang mengungkapkan perasaannya melalui puisi. Puisi tersebut menggunakan pemilihan kata yang sederhana, tapi memiliki makna yang mendalam. Meskipun puisi tersebut cukup singkat, tapi seolah-olah menunjukkan kehidupan si penyair, yaitu Taufik Ismail yang mengabdikan dirinya dengan puisi. Ia mengungkapkan atau mengekspresikan perasaannya mengenai kehidupan ini melalui puisi. Bahkan, disebutkan dalam puisi bahwa si aku mengutuk zaman yang busuk dengan puisi. Artinya, puisi juga digunakan sebagai media atau sarana untuk melepaskan ketidakpuasan terhadap apa yang terjadi di dunia. 6. Kita adalah Pemilik Sah Republik Ini Tidak ada pilihan lain Kita harus Berjalan terus Karena berhenti atau mundur Berarti hancur Apakah akan kita jual keyakinan kita Dalam pengabdian tanpa harga Akan maukah kita duduk satu meja Dengan para pembunuh tahun yang lalu Dalam setiap kalimat yang berakhiran Duli Tuanku ? Tidak ada lagi pilihan lain Kita harus Berjalan terus Kita adalah manusia bermata sayu, yang di tepi jalan Mengacungkan tangan untuk oplet dan bus yang penuh Kita adalah berpuluh juta yang bertahun hidup sengsara Dipukul banjir, gunung api, kutuk dan hama Dan bertanya-tanya inikah yang namanya merdeka Kita yang tidak punya kepentingan dengan seribu slogan Dan seribu pengeras suara yang hampa suara Tidak ada lagi pilihan lain Kita harus Berjalan terus. 1996 Penjelasan Puisi karya Taufik Ismail yang berjudul “Kita Adalah Pemilik Sah Republik Ini” mengangkat tema perjuangan bangsa Indonesia atau patriotisme. Secara garis besar, puisi tersebut menggambarkan upaya bangsa yang ingin maju. Dengan kata lain, bangkit dan memperjuangkan citra diri serta harga dirinya. Dengan adanya puisi tersebut, yang menggunakan bahasa sederhana. Sehingga mudah dipahami dapat membangkitkan semangat rakyat Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan. Pasalnya, meskipun sudah merdeka, bukan berarti perjuangan berhenti. Justru tantangan baru yang harus dihadapi adalah mengisi kemerdekaan itu sendiri. Maka dari itu, amanat dari puisi ini adalah sebaiknya masyarakat atau rakyat Indonesia tetap berjuang dalam mempertahankan kemerdekaan. Dalam hal ini, bisa dengan melakukan perubahan kearah yang lebih baik. Sehingga, dapat hidup mandiri, sejahtera, tapi tetap bermoral. 7. Puisi Karya Taufik Ismail Doa Tuhan kami, Telah nista kami dalam dosa bersama, Bertahun membangun kultus ini, Dalam pikiran yang ganda… Dan menutupi hati nurani, Ampunilah kami, Ampunilah, Amin… Tuhan kami, Telah terlalu mudah kami, Menggunakan asmaMu, Bertahun di negeri ini, Semoga… Kau rela menerima kembali, Kami dalam barisanMu, Ampunilah kami, Ampunilah, Amin… Penjelasan Puisi karya Taufik Ismail yang berjudul “Doa” menggambarkan seorang hamba yang sedang memohon ampun kepada Tuhannya. Dari puisi tersebut, amanat yang ingin disampaikan, yaitu Tuhan selalu menjadi tempat kembali bagi hambanya, meski hamba tersebut telah berbuat dosa. Oleh karena itu, sebagai seorang hamba, janganlah berhenti untuk berdoa dan memohon ampunan kepada Tuhan atas dosa-dosa yang diperbuat. Setelah memohon ampun, teruslah berbuat baik kepada semua makhluk hidup. Dengan demikian, kita senantiasa dekat di sisi Tuhan. Sehingga, bisa dijauhkan dari tertutupnya hati nurani. Hal ini dapat dilihat dari pengulangan kata “ampunilah” yang pada intinya, kita tidak boleh berhenti meminta pengampunan kepada Tuhan. 8. Dari Catatan Seorang Demonstran 1993 Inilah peperangan, Tanpa jenderal, tanpa senapan, Pada hari-hari yang mendung, Bahkan tanpa harapan… Di sinilah keberanian diuji, Kebenaran dicoba dihancurkan, Pada hari-hari berkabung, Di depan menghadang ribuan lawan… 1993 Penjelasan Tidak hanya mengangkat tema nasionalisme dan hubungan antara hamba dan Tuhannya, tetapi Taufik Ismail juga menulis puisi sebagai media kritik terhadap kekuasaan. Salah satunya dengan puisi karya Taufik Ismail yang berjudul “Dari Catatan Seorang Demonstran”. Puisi tersebut menggambarkan secara jelas ketidakberdayaan para demonstran. Pasalnya, mereka tidak memiliki apapun yang bisa digunakan untuk melawan pemerintah dan pasukannya. Sementara itu, para demonstran juga melakukan perang gerilya dengan berpindah-pindah tempat. Terkadang, mereka hidup bergantung dengan alam, karena tidak memiliki apapun yang berharga. Namun, para demonstran tersebut tetap melawan dan menjunjung tinggi keadilan untuk rakyat yang tertindas. Selain itu, puisi “Dari Catatan Seorang Demonstran” tersebut juga menunjukkan dukungan serta keprihatinan pengarang terhadap para demonstran yang sedang berjuang melawan ketidakadilan. Sudah Temukan Puisi Karya Taufik Ismail yang Paling Disukai? Itulah kumpulan puisi karya Taufik Ismail yang paling populer dan melegenda. Masing-masing puisi tersebut memiliki tema yang berbeda serta amanat yang baik untuk para pembacanya. Selain itu, diksi yang dipilih mudah dipahami. Dengan demikian, pembaca dapat memahami isi atau pesan yang ingin disampaikan oleh penyair yang tak lain adalah Taufik Ismail.
Berikutkumpulan puisi kemerdekaan Indonesia atau HUT RI ke 77 untuk memperingati 17 Agustus karya Taufik Ismail dengan tema perjuangan. Kamis, 4 Agustus 2022; Network BERITASOLORAYA.com- Puisi karya Taufik Ismail sangatlah banyak, Begini Tanggapan Mama Ala Soal Tasyi Athasyia yang Jarang Datang ke Acara Tasya Farasya. 6.
Abstrak Penelitian ini memaparkan representasi nilai religi dalam setiap bait-bait puisi karya Taufik Ismail. Puisi yang bernilai religius dapat digunakan untuk menyadarkan masyarakat pembaca untuk selalu bersyukur pada Tuhan Sang Penguasa. Kumpulan puisi Debu di Atas Debu Kumpulan Puisi Dwi-Bahasa karya Taufik Ismail merupakan catatan-catatan emosional zaman dengan gejolak politik dan sikap bangsa Indonesia. Jenis penelitian ini berupa kualitatif dengan metode analisis isi content analysis serta pendekatan sosiologi sastra. Hal ini bertujuan untuk mendeskripsikan kepengarangan Taufik yang terdapat pada representasi nilai religi di setiap bait-bait puisi. Melalui seni pedalangan ketika Taufik bermukim di Yogyakarta dan seni bakaba ketika Taufik pindah ke Bukittinggi yang merupakan bentuk gaya kepengaranan seorang penyair yang dipengaruhi kebudayaan lokal, Taufik ingin menyentuh perasaan pembaca akan representasi nilai religius untuk membentuk karakter bangsa. Abstract This study describes the representation of religious values in each poetic verse by Taufik Ismail. Religious poetry can be used to make people readers aware to always be grateful to God the Lord. A collection of Debu di Atas Debu Kumpulan Puisi Dwi-Bahasa by Taufik Ismail is an emotional record of the times with political turmoil and the attitude of the Indonesian people. This type of research is qualitative with the method of content analysis and the sociological approach of literature. This is aimed at describing Taufik's authorship in the representation of religious values in each verse of poetry. Through the art of puppetry when Taufik settled in Yogyakarta and bakaba art when Taufik moved to Bukittinggi which was a form of the poet's sound style influenced by local culture, Taufik wanted to touch the readers' feelings about the representation of religious values to shape the nation's character. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free 32    -  - REPRESENTASI NILAI RELIGI DAN KEPENGARANGAN PUISI-PUISI KARYA TAUFIK ISMAIL Emil Septia1, Silvia Marni2, Armet3 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat Pangilun,Sumatera Barat,Indonesia emil_paradise silviamarnindo armetpgri Abstrak         -                           -    -                    -                  Kata Kunci Abstract This study describes the representation of religious values in each poetic verse by Taufik Ismail. Religious poetry can be used to make people readers aware to always be grateful to God the Lord. A collection of Debu di Atas Debu Kumpulan Puisi Dwi-Bahasa by Taufik Ismail is an emotional record of the times with political turmoil and the attitude of the Indonesian people. This type of research is qualitative with the method of content analysis and the sociological approach of literature. This is aimed at describing Taufik's authorship in the representation of religious values in each verse of poetry. Through the art of puppetry when Taufik settled in Yogyakarta and bakaba art when Taufik moved to Bukittinggi which was a form of the poet's sound style influenced by local culture, Taufik wanted to touch the readers' feelings about the representation of religious values to shape the nation's character. Keywords representation; values; religion; authorship; poetry . Pendahuluan                                          33    -  -                                          -                                      ’             -      -                                        -                                             -  -   -    -                                              34    -  -   “  ”.                                                -                      -                     -                                                            -                                   -    -                -                                        -          -      35    -  -                                                                         -         “      ”.  “          ”.                              “     -  ”           -          -               -                           20104849,                                        -          36    -  -                            -         -                                                                                      -            -  -          -                                      -                      -                    --       -         37    -  -  -     “        -”  -   -  “ -    -   ”  -                                 -                   --        -                                                           -                                -                    19968283                                              38    -  -       Permasalahan -          -                                     -                               -     -                                  -                                                 - 1. Akidah                          a. Iman Kepada Allah SWT.   -                       -          39    -  -                         “       ”    Allah menentukan nasib saya                                                                                                       “  ”    Tuhan Rabbana ya Allah yaTuhan                                           -         -             “-”. Tuhan  40    -  - Tuhan -Tuhan                                                             -               “ -                 --     ”  - b. Iman Kepada Rasul Allah                            “ ”  Mengapa Rasul itu mulia? Rasul Mulia, hai anakku Karena dia sederhana                                                        “” - -  Pada Rasulullah kita bersangatan cinta  Gagap kami menyanyikan shalawat     - 41    -  -                        -            c. Iman Kepada Malaikat Allah        -                                    -        -          “   ”  Ketika Ketika   Shaf malaikat  Shaf malaikat                                                    d. Iman Kepada Kitab Suci Alquran       -   -                          -  -                   42    -  -                                    “”. Ada cahaya Cahaya itu    cahaya  Cahaya yang datang dari Quran Quran tapi Quran Quran yang Quran Quran yang Quran   Kami kami  kami      Cahaya  Quran  2013263271                -           ’        “   ”                                                         e. Iman Kepada Takdir Allah           -      -                         43    -  -        -            “ -”  - -            Telah kami rasakan gempa di daratan Telah kami deritakan gempa di lautan Telah kami alami gunung api Telah kami alam banjir tsunami besar-besaran Telah kami rasakan dadakan berpuluh ribu kematia Beri kami kemampuan membaca tanda-tanda        - 2013137143                        -              -             ’-                     -                        “”    kuburan hamba Kuburan hamba bila mati                                -            - 44    -  -                    f. Iman Kepada Hari Kiamat              -                    “   ”,   Ketika hari pengadilan semesta selesai dinyatakan Ketika keputusan terakhir telah dijatuhkan Ketika sejarah manusia dijagat raya telah ditutup dengan resmi Meliputi berapa ribu milyar tahunnya Meliputi berapa trilyun manusianya Membuka panorama yang dahsyatnya luar biasa                                                                         “-” Tapi bila datang hari kiamat nanti                                     -                                -         45    -  -                              “  ”    Ketika Sangkakala Angkasa.              “  ”.                         -                       -  2. Akhlak                                      a. Tidak Putus Asa    -                             -               “     ”,  Kerja keras Keras bekerjakeras bekerjakeras bekerja Dan tak henti pula berdoa                  -                 46    -  -     -                                     - b. Berbakti kepada Orang Tua                              -            “”   Guru  Adalah Guru Adalah             -                         ’’        -                        c. Bertaubat               -                               “-       ”      Ialah menyampaikan kebenaran 47    -  - Jika adalah yang tidak bisa dijual-belikan Ialah yang bernama keyakinan Jika adalah yang harus kau tumbangkan Ialah segala pohon-pohon kezaliman Jika adalah orang yang harus kau agungkan Ialah hanya Rasul Tuhan Jika adalah kesempatan memilih mati Ialah syaid di jalan Ilahi.           -                                           -   d. Berpendirian                           -                -  “    ”   Pasti mama akan tutup mulut ketika kawan-kawan mama bergosip Pasti mama akan tutup telinga ketika kawan-kawan mama Bergunjing Tidak tertarik lagi mengikuti kebiasaan tidak terpuji itu                  -                        -                                    e. Zalim               -   48    -  -  -          “     ”,           Saya harus mengaku bahwa mata rohani saya sudah buta Bahwa hati saya, seperti batu kali, sudah tertutup mati Padahal hampir tiap hari saya Melihat tayangan di layar kaca Tentang anak-anak pengungsi yang luar biasa menderita Banyak yang yatim, yang piatu, tanpa orang tua                                                                                                              -      -     - -                       -      “            ” “           ”.                49    -  -                                    -              -      -     Tuhan// Tuhan//-   Tuhan//                              -                 -             Kesimpulan Kumpulan puisi Debu di Atas Debu Kumpulan Puisi Dwi-Bahasa karya Taufik Ismail sarat dengan nilai-nilai Islam. Setiap nilai tersebut merupakan representasi ajaran agama Islam berdasarkan kitab Alquran. Nilai-nilai Islam yang terdapat dalam kumpulan puisi tersebut terungkap melalui penataan bunyi, pilihan kata, penggunaan gaya bahasa, pencitraan, latar belakang realitas pemerintahan orde baru, sikap penyair terhadap realitas yang ditampilkan dan sikap penyair terhadap pembaca. Adapun nilai religi yang terdapat dalam kumpulan puisi karya Taufik Ismail adalah pertama, akidah meliputi 1 iman kepada Allah terdapat pada satu di antara beberapa puisi yang berjudul “Cerita Seorang Anak Yatim Piatu Selepas Pesta Ulang Tahun Tetangganya” yang bermakna seorang anak kecil yang baru saja merayakan ulang tahun meyakini bahwa yang menentukan umur dan nasibnya adalah Allah SWT. yang sudah menciptakannya, bukan jumlah lilin pada kue atau pada setiap tanggal kelahirannya diperingati. 2 iman kepada Malaikat terdapat pada satu dari beberapa puisi yang berjudul “Ternyata Kau Shalat Tidak Sendirian” bermakna walaupun seseorang melaksanakan salat sendirian, salatnya tidak akan batal karena ada malaikat yang selalu setia menemani dari penjuru arah mana pun. Berdasarkan hal itu, penyair menyampaikan kepada pembaca, dengan keadaan bagaimana pun, salat lima waktu tetap harus dilaksanakan oleh seorang muslim di mana saja sesuai dengan waktu salat, baik sendirian atau secara berjamaah. 3 iman kepada rasul terdapat pada satu di antara beberapa puisi yang berjudul “Anakku Bertanya 50    -  - Tentang Rasul” bermakna Seorang ibu meyakini bahwa Rasul adalah nabi yang mulia pilihan Allah SWT. Hal ini dijelaskan dengan rinci kepada anaknya ketika sang anak bertanya pada seorang ibu tersebut.4 iman kepada Takdir terdapat pada puisi berjudul “Sajadah Panjang” puisi tersebut menunjukkan bahwa akidah iman kepada Qadha dan Qadar, yaitu semua manusia akan kembali kepada sang pencipta. 5 iman kepada Hari Kiamat terdapat pada judul puisi ”Malam Seribu Bulan” bermakna penyair mengajak pembaca untuk meyakini datangnya hari akhir/kiamat ditandai dengan suara tiupan terompet yang ditiup oleh Malaikat Israfil. Ibadah yang terkadung dalam kumpulan puisi ialah bermunajat, berdakwah, berdoa. Kedua, akhlak dalam kumpulan puisi meliputi akhlak baik mahmudah yakni tidak berputus asa, berbakti pada orang tua, bertaubat, berpendirian, sedangkan akhlak buruk mazmumah meliputi zalim. Kepengaran Taufik Ismail dipengaruhi oleh kebudayaan lokal sehingga menginspirasi Taufik dalam menciptakan karya puisi-puisinya. Terlahir di Kota Bukittinggi, dan dibesarkan di Kota Yogyakarta membawa efek terhadap kepenga-rangan Taufik karena Kota Bukittinggi dan Yogyakarta dikenal dengan kota sentral pendidikan agama Islam, sehingga unsur budaya, adat, dan agama yang dianut oleh masyarakat Minangkabau dan masyarakat Yogya menginspirasi setiap karya yang ditulis oleh Taufik. Dalam bakaba Taufik ingin menyentuh perasaan, laju, menghilir, dan komunikatif bagi pembaca karyanya. Serta unsur gaya bahasa dalam penyampaian bakaba terdapat pada karyanya menjadikan puisi tersebut menjadi indah dan menarik. Daftar Pustaka                          “   ”. ’   173190.              “      -        ”. 178196.                    -    “           ”. 19.             -        -    “ ”                                        Salfi FaridoniThis article is about prophetic culture on Taufik Ismail interpretation method is used and it is related to the reality in orderto make it alive. There are three items which are found in the poem;humanism, liberation, and transendence. Those three principles lead allhuman to be closer to Penelitian Sosiologi Sastra. Yogyakarta CapsSuwardi EndraswaraEndraswara, Suwardi. 2011a. Metodologi Penelitian Sosiologi Sastra. Yogyakarta Jejak Pemikiran Taufik Ismail Ihwal Pendidikan Lewat Puisi-Puisinya Taufik Ismail Thought Trail of Education Through his Poems AbstractM HamzahHamzah, M. 2010. "Melacak Jejak Pemikiran Taufik Ismail Ihwal Pendidikan Lewat Puisi-Puisinya Taufik Ismail Thought Trail of Education Through his Poems Abstract". Deiksis, No., Pendidikan Aqidah dalam Kumpulan Puisi Malu Aku Jadi Orang Indonesia Karya Taufik IsmailKhadijah. 2011. "Nilai Pendidikan Aqidah dalam Kumpulan Puisi Malu Aku Jadi Orang Indonesia Karya Taufik Ismail". Jurnal Visipena, Vol. II dalam Karya Telaah Terbatas Atas Kehadiran Diri Pramoedya Ananta Toer dalam Fiksifiksinya Satu Tinjauan Estetika SastraKusman K MahmudMahmud, Kusman K. 2011. Pengarang dalam Karya Telaah Terbatas Atas Kehadiran Diri Pramoedya Ananta Toer dalam Fiksifiksinya Satu Tinjauan Estetika Sastra. Bandung Skripsi Unpad Islam dalam Kumpulan Puisi "Nyanyi SunyiNaim NurbanahNurbanah, Naim. 2003. Nilai-nilai Islam dalam Kumpulan Puisi "Nyanyi Sunyi" Karya Amir Hamzah. Semarang Skripsi NurdinMuslim Nurdin, dkk. 1995. Moral dan Kognisi Islam. Bandung CV. Bahasa Perulangan dalamF M PutriPutri, F. M. 2015. Gaya Bahasa Perulangan dalam Kumpulan Puisi Debu di Atas Debu Karya Taufik Ismail. Sumatera Barat Skripsi STKIP PGRI Sumbar. . 401 152 393 0 41 326 379 278

puisi ibu karya taufik ismail